Mengenal Lingkungan Tiga Candi, Borobudur, Pawon dan Mendut
Kemegahan dan keindahan Borobudur, memiliki makna luhur dan bersejarah bagi masyarakat Indonesia, yang membuat semua mata takjub dan terkesima. Menjelajahi Borobudur merupakan suatu langkah yang tepat untuk memahami secara mendalam tentang wawasan dan nilai-nilai budaya yang terdapat pada candi ini dengan lebih baik. Mengenal Borobudur dan sekitarnya akan menjadi kesempatan yang menarik untuk menelusuri secara detail sejarah, filosofi, dan makna simbolis yang terkandung dalam relief serta teknik arsitektur Borobudur dengan jelas.
Candi Borobudur dan sekitarnya telah menarik antusiasme yang luar biasa, dan menjadi pusat perhatian karena memiliki nilai sejarah, arkeologi, dan spiritual yang tinggi. Pemerintah telah menetapkan Candi Borobudur sebagai cagar budaya yang memiliki nilai dan makna sejarah sebagai daya tarik wisata utama, dan menjadi destinasi wisata prioritas bagi pengunjung nusantara dan juga mancanegara. Memiliki tujuan untuk mempelajari dan memperdalam narasi sejarah dan arsitektur Borobudur merupakan bentuk apresiasi dan partisipasi dalam melestarikan warisan budaya leluhur ini.
Kemegahan dan keindahan Borobudur memberikan perspektif yang berbeda dan memperkaya pengetahuan akan cerita - cerita lokal dan juga fakta - fakta yang menarik tentang bangunan ini. Melihat lebih dekat tentang Candi Borobudur dan sekitarnya untuk menggali narasi sejarah, arsitektur, dan seni rupa warisan budaya leluhur, dengan tujuan untuk menghargai keunikan dan nilai - nilai luhur, serta berkontribusi mendukung dalam upaya pelestarian warisan budaya ini.
Bangunan ini merupakan bagian dari situs warisan dunia sejak tahun 1991. Keramahan pemandu wisata, pada kesempatan ini akan menyampaikan penjelasan tentang Candi Borobudur sebagai apresiasi untuk mempelajari dan mengagumi keindahan arsitektur dan seni rupa budaya leluhur.
Chandi Borobudur dan kawasannya memiliki nilai luhur dan sejarah bagi masyarakat Indonesia. Mengenal Borobudur lebih dekat dalam belajar sejarah, mengagumi kemegahan dan keindahan seni arsitektur serta menjelajahi lingkungan sekitar Candi Borobudur sebagai situs warisan budaya dunia Borobudur, yang ada di Indonesia.
Sekitar Candi Borobudur
Menurut legenda Jawa, disebutkan daerah yang dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam tradisi kepercayaan masyarakat Jawa, dan daerah ini disanjung-sanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan kesuburan lahan tanahnya.![]() |
Garis penghubung tiga candi Borobudur, Pawon, dan Mendut dalam satu garis lurus. Berjarak 3 kilometer di sebelah timur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon berjarak 1,5 kilometer. Sumber: Teknik Kepemanduan Candi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Secara geografis selain candi Borobudur, tidak jauh dengan jarak kurang dari 5 kilometer terdapat beberapa candi Budha dan Hindu di kawasan ini yang dibangun pada kurun waktu yang hampir bersamaan. Dalam penelitian dan ekskavasi peninggalan situs purbakala, sekaligus dilakukan pemugaran menyebutkan keberadaan dua candi Budha lainnya disebelah timur yaitu Candi Pawon berjarak 1,5 kilometer dan Candi Mendut dengan jarak 3 kilometer yang berada membentang dalam satu garis lurus.
Ketiga candi Budha (Borobudur, Pawon dan Mendut), menurut arkeolog mempunyai keterkaitan dengan komplek percandian Ngawen yang mempunyai lima bangunan candi. Berdasarkan penjelasan antara ketiga candi tersebut dihubungkan dengan jalan penghubung, yang berdasarkan dongeng penduduk setempat, dahulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan batu di kedua sisinya yang menghubungkan antara ketiga candi ini.
Penelitian tidak menemukan bukti tentang adanya jalan beralas batu dan berpagar, tetapi para ahli sejarah menduga memang ada kesatuan perlambang hubungan dari ketiga candi ini. Ketiga candi ini, candi Borobudur, Pawon dan Mendut memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang memperkuat dugaan bahwa terdapat keterkaitan prosesi ritual antara ketiga candi ini, tetapi bagaimanakah dahulu prosesi ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum banyak diketahui secara pasti.
Selain candi Pawon dan candi Mendut, di sekitar candi Borobudur dari beberapa penggalian ditemukan situs peninggalan purbakala, di antaranya berbagai temuan tembikar seperti periuk dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini disimpan di Museum Borobudur.
Dalam kawasan sekitar Borobudur, di sebelah utara dekat dari Candi Pawon terdapat bekas reruntuhan bangunan candi Hindu yang disebut Candi Banon. Pada bangunan candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa Hindu dalam keadaan cukup baik yaitu arca Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan tetapi batu asli bangunan Candi Banon sangat sedikit ditemukan sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan rekonstruksi. Pada saat penemuannya arca-arca bangunan candi Banon dibawa dan dipindahkan ke Batavia sekarang Jakarta, dan kini berada dan disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Tiga Candi Buddha
Menjelaskan hubungan Candi Borobudur sebagai candi induk dengan ketiga candi Budha (Pawon, Mendut, dan Ngawen), tidak lepas dari beberapa hal seperti; Ketiga candi tersebut terhubung sepanjang garis koridor imajiner, mempunyai arah sudut yang sama menghadap Borobudur dan mempunyai beberapa kesamaan unsur arsitektur, seperti arca singa, pelipit bergerigi, relief jataka, dan arca Budha.
Candi Pawon
Nama Candi Pawon tidak banyak disebutkan dan belum diketahui secara pasti asal usulnya. Menurut seorang epigrafer bernama J.G. de Casparis menafsirkan asal usul kata Pawon berasal dari bahasa Jawa yaitu awu yang berarti 'abu'. Kata abu mempunyai awalan pa- dan akhiran-an, sehingga maknanya menunjukkan suatu tempat.
Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', namun de Casparis mengartikannya sebagai 'perabuan' atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebut Candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata Sansekerta vajra yang berarti 'guntur' dan anala yang berarti 'api'.
Menurut J.G. de Casparis, Candi Pawon merupakan tempat bersemayamnya Raja Indra yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada tahun 782-812 Masehi. Melihat ke dalam bilik atau ruangan candi ini, tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasi lebih lanjut kegunaan candi ini.
Satu hal menarik dari Candi Pawon yang masih bisa disaksikan adalah dekorasinya. Dinding luar candi dihiasi relief pohon hayati yaitu kalpataru yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari yaitu makhluk yang berwujud setengah manusia, setengah burung/berkepala manusia, dan berbadan burung.
Candi Mendut
Dibangun sekitar abad VIII Masehi, berdasarkan prasasti Karangtengah, pada masa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Disebutkan dalam prasasti Karangtengah tahun 824 M, Raja Indra membangun candi bernama Wenuwana yang berarti hutan bambu dan oleh seorang arkeolog Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dikaitkan dengan bangunan Candi Mendut.
Candi Mendut dibangun dengan batu bata yang dilapisi batu alam. Bangunan ini terletak di dataran tinggi sehingga terlihat lebih elegan dan kokoh. Tangga naik dan pintu masuk menghadap barat daya. Di atas dataran terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Atapnya setinggi tiga lantai dan dihiasi stupa-stupa kecil.
Chandi Mendut Borobudur, Pawon dan Mendut merupakan aksis koridor imajiner, jalan penghubung tiga candi. Chandi Mendut berjarak 3 kilometer dari Borobudur. Sumber: Teknik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto arisguide. |
Terdapat arca di garbhaghriya atau ruangan, tiga arca utama adalah ;arca Awalokitecwara, Sakyamuni dan Wajrapani. Relief pada Candi Mendut menggambarkan Jataka yaitu cerita tentang binatang. Hewan-hewan yang tergambar pada panel relief merupakan penjelmaan para Bodhisattva yang turun ke bumi dan mengajarkan moralitas kepada manusia.
Candi Ngawen
Candi Ngawen berlatar belakang agama Budha dengan ditemukannya arca Dhyani Buddha Ratnasambhawa dan arca Dhyani Buddha Amithaba. Candi ini didirikan sekitar abad IX – X Masehi. Bentuk bangunan mempunyai ciri khas yang berbeda dengan candi lain yaitu hiasan patung singa di keempat sudutnya. Jika diperhatikan candi ini memiliki stupa dan teras (undakan) yang menjadi simbol dalam candi Budha. Menurut perkiraan, candi ini dibangun oleh penguasa Kerajaan Mataram Kuno dari dinasti Sailendra pada abad ke-8.
Menurut Soekmono, keberadaan Candi Ngawen disebutkan dalam prasasti Karangtengah tahun 824 M, yaitu Venuvana dalam bahasa Sansekerta yang berarti “hutan bambu”. Candi ini terdiri dari lima bangunan candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk berbeda dan dihiasi patung singa di keempat sudutnya. Patung Buddha tanpa kepala dalam posisi duduk Ratnasambawa muncul di salah satu candi lainnya.
Terdapat relief pada sisi candi antara lain ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara. Posisi hiasan Kinnara Kinnari mengapit Kalpataru. Kinnara dan Kinnari menggambarkan makhluk surgawi yang berwujud setengah manusia dan setengah burung. Sedangkan Kalpataru adalah pohon surgawi yang hidup sepanjang waktu, tempat bersandarnya segala harapan. Pohon ini digambarkan mempunyai dahan yang dimaknai sebagai untaian perhiasan yang indah, sehingga dijaga oleh makhluk surgawi seperti Kinara Kinari.
Kelompok candi terdiri dari lima bangunan yang disusun berdampingan dari Utara ke Selatan. Dari kelima bangunan tersebut, hanya satu candi yang masih utuh yaitu candi ke-2 dari arah utara, sedangkan empat candi lainnya hanya tersisa bagian kaki candi.
Danau Purba
Candi Borobudur dibangun di atas bukit alami dengan ketinggian 265 m dari permukaan laut dan 15 m tepat diatas dasar danau purba yang telah mengering. Keberadaan tentang danau purba ini menjadikan suatu bahan perdebatan, yang dikemukakan dari beberapa kalangan arkeolog pada abad ke-20, dan menimbulkan dugaan bahwa candi Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau.
Pada tahun 1931, seorang ahli arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa dataran Kedu dahulunya adalah danau, dan Candi Borobudur dibangun mengambang atau ditepi danau. Bahwa Borobudur melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha. seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa.
Bentuk arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai. Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog. pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan kering, bukan dasar danau purba.
Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini. Sebuah penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur, yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp.
Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut mengubah bentang alam dan topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danaunya. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.
B o r o b u d u r
![]() |
Ilustrasi Danau Borobudur Arsitektur Chandi Borobudur menyerupai bunga teratai. Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Sumber: Tehnik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide. Foto screenshot arisguide. |
Sumber: Tehnik Kepemanduan Chandi Borobudur arisguide.
![]() Bagian selatan bangunan suci ini disebutkan adalah Danau Borobudur. |
Bentuk arsitektur Borobudur menyerupai bunga teratai, dan postur Buddha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang banyak ditemui dalam naskah agama Buddha mahzab Mahayana. |
Mendapatkan lebih banyak narasi dan materi tentang Chandi Borobudur, membaca lebih menyenangkan jelajahi narasi lebih detil dalam KEBUDAYAAN BOROBUDUR - BELAJAR DENGAN PEMANDU WISATA.
Baca narasi dan materi lengkap tentang Chandi Borobudur dengan berkunjung dan jadikan wisata Anda semakin menyenangkan, jelajahi lebih detail narasi tematik budaya Borobudur bersama Pamong Carita. Membaca menjadi lebih menyenangkan, menggali narasi lebih detail dan membaca dalam bahasa Inggris memang menyenangkan dan juga terkesan sangat menarik untuk diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dan fleksibel, dapatkan bacaan detail di Welcome to Borobudur Temple, the fabric of life in the Buddhist culture. Jelajahi, kagumi keindahan seni rupa dalam gambar dan foto di PHOTO IMAGE BOROBUDUR.
Sangat menyenangkan dalam perjalanan bait suci bersama saya.
Comments
Post a Comment